Spirit Ramadhan untuk Perubahan Bangsa
Ahlan
wa sahlan ya ramadhan! Ya...mungkin hanya sebuah salam yang
ku sampaikan untuk menyambut datangnya bulan ramadhan, bulan yang penuh berkah,
bulan dimana disitu terdapat satu malam lebih baik dari seribu bulan. Mungkin
berbeda dengan para musisi yang menyambut kedatangan bulan ramadhan ini dengan
syair-syair lagu yang indah. Namun salam yang ku sampaikan adalah murni dari
nurani dan tanpa tendensi apapun.
Sebagai bulan istimewa yang dipilih
oleh Allah SWT, sebagaimana kota Mekkah dipilih oleh Allah sebagai kiblat
seluruh muslim di dunia, ramadhan menyimpan sesuatu yang tidak kita temui di
bulan-bulan yang lain. Pada bulan ramadhan ini kita bisa menyaksikan
masjid-masjid dipenuhioleh
para jama’ah, rumah-rumah penuh dengan hiasan bacaan Al Qur’an, kotak infak
penuh, bahkan para artis pun tak mau ketinggalan untuk sekedar “menyemarakkan”
bulan ramadhan ini.
Inti ibadah dalam bulan ramadhanini adalah puasa, puasa
ini tidak sekedar kitamaknaidenganmenahan
lapar dan haus akan tetapi kita maknai puasa dalam arti yang lebih luas dan
dalam. Inti dari puasa adalah menahan. menahan dari kenikmatan dunia.Dalam
bahasa lain Cak Nun mengatakan
bahwa puasa adalah pekerjaan menahan di tengah kebiasaan menumpahkan, atau
mengendalikan di tengah tradisi melampiaskan. Paradigma yang salah tentang
puasa tentu akan berdampak pada kesalahan
dalam menjalankan ibadah puasa itu sendiri. Sebagaimana disebut dalam sebuah
hadits yang diriwayatkanolehIbnuMajah“betapa
banyak orang yang berpuasa namun dia tidak mendapatkan dari puasanya melainkan
hanya rasa lapar dan dahaga.”Selain berarti menahan, ibadah puasa
yang kita lakukan selama satu bulan penuh juga untuk melatih diri kita agar
terbiasa dengan pekerjaan-pekerjaan yang bernilai ibadah. Kebiasaan-kebiasaan
seperti shalat berjama’ah, tadarrus, i’tikaf, shodaqoh, dan perbuatan-perbuatanbernilai
ibadah yang lain, secara tanpa sadar akan tersimpan dalam otak kita. File-file yang tersimpan ini kemudian
dengan sendirinya akan terpraktekan dalam perbuatan sehari-hari. Sehingga selepas dari bulan ramadhan
kita akan terbiasa
dengan perbuatan-perbuatan tersebut.
Spirit Perubahan
Manusia diciptakan oleh Allah dari
dua hal, yaitu dari tanah yang hina (turob)
dan ruh tuhan (ruhullah). Turob kemudian diidentikkan dengan hawa
nafsu. Sedangkan ruh adalah pembeda serta puncak ketinggian penciptaan yang
membedakan antara manusia dengan makhluk-makhluk yang lain. dalam praktek
keseharian dua hal ini kemudian tidak boleh ada yang mendominasi, terlebih turob. Apabila manusia itu telah
didominasi oleh turob, maka menurut
Ali Syari’ati manusia akan terjerumus dalam empat sifat, yaitu fir’aun, qarun, haman dan bal’am. Fir’aun adalah penguasa
yang tidak amanah,
korup
dan penindas rakyat.
Qarun merupakan
cerminan dari para kapitalis
yang rakus menumpuk
hartanya untuk kepentingan sendiri
tanpa mau melihat
masyarakat lain yang masih
membutuhkan. Haman adalah para ilmuwan yang melacurkan ilmunya untuk kepentingan penguasa.
Bal’am adalah
para rohaniwan atau
ulama’ yang fatwa-fatwanya
hanya untuk meligitimasi
kekuasaan yang dzalim dan korup.
keempat
tipe manusia tersebut seakan-akan selalu mengiringi sejarah manusia. Di negeri
ini misalnya, yang bisa dikatakan sedang mengalami krisi multidimensi, dimana korupsi
semakin merajalela, praktek ekonomi kapitalis semakin menggurita, banyak para
ilmuwan yang menjual belikan ilmunya untuk kepentingan politik dan bahkan para
ulama’ pun semakin nyaman bersanding dengan penguasa dan lupa kepada rakyat
yang menderita, dan bahkan fatwa-fatwa yang keluarpun tidak jarang adalah
fatwa-fatwa pesanan politik. Inilah gambaran kecil dari empat tipe manusia di
atas kalau kita kontekskan dengan permasalahan yang ada di negeri ini.
Dengan Kedatangan bulan Ramadhan ini
seharusnya menjadi spirit perubahan bagi negeri ini, karena dengan berpuasa
berarti kita menahan diri untuk korupsi, menahan diri untuk menipu, menahan
diri untuk membohongi ataupun juga menahan diri dari perbuatan-perbuatan keji
lainnya, yang intinya adalah pengendalian hawa nafsu, selain itu puasa juga
berarti kita membiasakan diri untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang bernilai
ibadah. sehingga praktis selama satu bulan penuh kita berproses menjadi orang
yang suci (fitri) yaitu bersih dari perbuatan-perbuatan yang mengandung unsur
dosa, maka selepas ramadhan muncul istilah ‘idul
fitri (kembali ke fitrah). Maka disinilah sebenarnya momentum perubahan itu
muncul yaitu apabila spirit ramadhan selalu menyertai
dalam 11 bulan selepasnya. Spirit ramadhan ini adalah spirit mengendalikan hawa
nafsu agar tidak terjerumus kedalam 4 tipe manusia seperti yang disebut di
atas.
Komentar