KETIKA SAMIN BICARA TENTANG KENAIKAN HARGA BBM



Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) naik lagi. Premium yang sebelumnya Rp. 6.500 menjadi Rp. 8.500 dan Solar yang sebelumnya Rp. 5.500 kini menjadi Rp. 7.500. Seperti yang sudah-sudah, kenaikan harga BBM pasti akan memunculkan sikap pro dan kontra. Menariknya alasan pro dan kontra itu adalah sama-sama untuk kebaikan rakyat (katanya). Sekali lagi rakyat menjadi komoditi klaim pembenar dari sebuah kebijakan.
Saya termasuk orang yang tidak mengerti dengan alasan pemerintah menaikkan harga BBM, terlebih alasan yang terkait dengan perhitungan ekonomi. Saya tidak mengerti dengan pernyataan Jokowi bahwa dampak buruk kenaikan harga BBM ini hanya beberapa bulan saja dan setelah itu berganti dengan dampak yang baik. saya juga tidak mengerti alasan pemerintah yang mengalihkan subsidi BBM ke bidang lain, terlebih bidang pembangunan infrastruktur. Dan saya pun juga tidak mengerti alasan pemerintah yang mengatakan bahwa subsidi BBM membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Alasan pemerintah yang juga tidak bisa saya mengerti adalah subsidi BBM tidak tepat sasaran. Subsidi BBM banyak dinikmati oleh orang-orang kaya. Ukuran orang kaya sederhana, yaitu mereka yang punya kendaraan bermotor (kata Rhenald Kasali)[1]. Saya bingung dengan pernyataan ini karena kalau tidak untuk kendaraan bermotor kegunaan BBM itu untuk apa.
Saya pernah mendengar alasan kenaikan harga BBM itu untuk dialihkan pada pembangunan jalan, termasuk jalan tol. Saya jadi bingung, karena dengan dialihkannya subsidi BBM ke arah itu menurut saya berarti memberi celah kepada orang-orang kaya untuk menikmati subsidi BBM karena mereka pasti akan melewati jalan itu, apa lagi jalan tol, itu kan khusus untuk kendaran roda empat. Kecuali kalau jalan itu dibangun khusus untuk orang miskin sehingga di jalan itu perlu dibuat papan pengumuman “Jalan Khusus Orang Miskin, Orang Kaya dilarang Lewat”. Atau seperti ini “Tol untuk Pejalan Kaki dan Kendaraan Roda Dua, Kendaraan Roda Empat dilarang Lewat.”
Sebagai orang yang biasa-biasa saja, saya mencoba untuk memahami alasan-alasan kenaikan harga BBM sehingga menjadi benar alasan-alasan itu. Apalagi yang membuat teori-teori kenaikan itu kan orang-orang kaya dan orang-orang pintar, pernah sekolah dan kuliah. Saya ini bukan orang kaya dan hanya lulusan sekolah alam raya. Saya tidak faham dengan jurus-jurus yang mereka keluarkan. Saya hanya mencoba untuk sabar dan sabar dengan kebijakan itu. Tuhan bersama orang-orang yang sabar, kalau pemerintah itu suka sama orang-orang yang sabar tetapi tidak bersama orang-orang yang sabar. Wallahu a’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI BABAT KE JOMBANG

Haruskah HMI MPO dan HMI Dipo Islah?

Masjid Jami’ Nurul Huda Cangaan; Masjid Tertua Di Bojonegoro