Karena Covid-19, Kita Puasa Lebih Awal
Ternyata, kita telah berpuasa sebelum Ramadan tiba. Hidup
serba minimalis telah kita lalui semenjak Covid-19 tiba. Gaya hidup konsumtif
berkurang karena semua aktifitas dipindah ke rumah.
Kebiasan nongkrong di kedai kopi, nonton film di bioskop,
berbelanja aneka kebutuhan di mall, hingga berwisata harus kita hentikan
sejenak.
Bahkan, tidak hanya syahwat duniawi yang dibatasi, melainkan
syahwat beribadah juga dibatasi.
Maka, tidak mengherankan kalau Ramadan tahun ini datang
tidak seperti biasanya. Ia datang saat kita harus menjaga jarak dari teman dan
kerabat. Tak ada sambutan yang meriah. Pawai, kembang api, bahkan tarawih
berjamaah di masjid tak lagi kita temukan.
Covid-19 memaksa kita untuk hidup serba minimalis. Begitu
juga sebenarnya pesan utama dari datangnya Bulan Ramadan.
Ramadan mengharuskan kita untuk hidup menahan nafsu. Nafsu
makan dan minum, nafsu berbelanja, nafsu berhubungan seksual, nafsu membincang
orang lain, dan nafsu-nafsu yang lain.
Ramadan adalah madrasah dengan materi utama menahan nafsu
dan orang yang lulus dari madrasah ini mendapat gelar muttaqin atau orang-orang
yang bertakwa. Sebagaimana telah dijanjikan Allah SWT:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa
sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Hidup minimalis dalam bahasa agama adalah hidup sederhana.
Sosok teladan kita, Muhammad, telah mengajarkan bagaimana cara hidup sederhana
itu.
Di banyak pengajian, para pendakwah kerap menceritakan bahwa
Muhammad lebih sering berpuasa daripada makan. Pernah di pagi hari Muhammad
bertanya ke Aisyah “Adakah sesuatu yang bisa dimakan untuk hari ini?” dan
dijawab Aisyah “Tidak ada, ya Rasulullah”, maka Muhammad segera berkata, “Kalau
begitu aku berpuasa”.
Selain lebih sering berpuasa, Muhammad juga tidak banyak koleksi
pakaian, perabot rumah, atau kendaraan. Bahka ketika ia wafat, tim inventaris
mencatat begitu sedikit barang yang ditinggalkan.
Selain sebagai madrasah , Ramadan juga bulan penuh berkah. Amal kebaikan di bulan ini akan dilipatgandakan pahalanya. Memperbanyak amal juga merupakan titik balik dari seni menjadi konsumen.
Dalam bahasa agama, kita mengenal ada sedekah dan zakat,
yang dimensinya tidak hanya sosial, tetapi juga spiritual.
Dalam dimensi sosialnya, yang kita bagikan akan meringankan
beban fakir miskin, sedangkan dalam dimensi spiritualnya, yang kita bagikan
akan membersihkan harta.
Ketika Covid-19 mewabah di Indonesia, banyak orang-orang
menyisihkan harta dan tenaga membantu warga yang terdampak.
Fenomena pemuda bagi-bagi sembako, nasi kotak, atau masker
bisa kita saksikan di mana-mana. Ketika sebagian orang lebih memilih mencari
aman dengan berdiam di rumah, mereka memilih untuk memberi rasa aman kepada
yang lain.
Apa yang mereka lakukan, sedikit banyak telah membantu
mengurangi beban para korban yang terdampak Covid-19.
Begitulah Covid-19 mengajak kita berpuasa, bahkan sebelum
Ramadan tiba. Selamat berpuasa. (24/04/2020)
Komentar