Kritik Gerakan Mahasiswa


Pada suatu hari, ketika aku masih menjabat ketua umum HMI Cabang Yogyakarta, aku pernah berdiskusi dengan salah satu pengurusku tentang masa depan gerakan mahasiswa, khususnya masa depan HMI. Pada diskusi yang hanya kami lakukan berdua itu, kami sepakat bahwa masa depan gerakan mahasiswa masuk dalam kategori suram, atau Madesu kalau kata bang madit. Kami tentu mempunyai beberapa alasan kenapa kami sepakat bahwa masa depan gerakan mahasiswa adalah suram, pertama, gerakan mahasiswa cenderung reaksioner dan latah dalam menyikapi isu-isu yang berkembang, entah itu isu yang bersifat lokal maupun nasional.
Kedua, gerakan mahasiswa tidak kreatif dalam mendesain gerakannya. Pola gerakan yang dipakai masih memakai pola lama, yaitu demonstrasi atau gerakan massa. Gerakan ini memang berhasil menggulingkan rezim orde baru pada 1998, tetapi itu sudah berlalu 17 tahun yang lalu, sedangkan sekarang kondisi kultur demokrasi di Indonesia sudah banyak berubah. Kalau pada zaman orde baru, demokrasi dijalankan dengan cara otoriter, sedangkan sekarang demokrasi dijalankan dengan sangat demokratis bahkan cenderung liberal. Seharusnya ada desain baru gerakan mahasiswa.

Ketiga, ada kecenderungan elit-elit gerakan mahasiswa untuk mendekati elit-elit partai politik. Mungkin mereka bisa beralasan bahwa itu hanyalah bentuk silaturrahmi – apalagi mereka adalah alumni, tetapi disadari atau tidak itu berdampak pada independensi gerakan. Aku pernah mendengar ada sebuah teori semakin kita dekat terhadap seseorang maka semakin melemah pula sikap kritis kita terhadap orang itu, bisa karena rasa sungkan, bisa juga karena deal politik yang kita sepakati. Maka jangan heran kalau karir politik para aktivis bisa naik begitu cepat, walaupun belakangan mulai mendapat ancaman dari para pengusaha dan akademisi.
Keempat, idealisme yang diperjuangkan para aktivis tidak diimbangi dengan ilmu pengetahuan yang mumpuni. Tidak sedikit para aktivis hanya tahu isu yang dikembangkan oleh media tanpa mampu memverifikasi isu itu dengan ilmu pengetahuan yang mereka geluti. Alih-alih ingin melakukan revolusi malah diombang-ambingkan wacana yang dikembangkan oleh media. Para aktivis tidak mampu melawan dominasi wacana para ahli. Inilah yang dinamakan idealisme buta.
Walaupun sepakat dengan menyebut masa depan suram gerakan mahasiswa, tetapi kami masih yakin masih akan tetap ada gerakan mahasiswa. Bisa ada hanya nama, atau ada tetapi dengan gerakan yang tidak kontributif. Gerakan mahasiswa tak ubahnya organisasi-organisai mahasiswa yang lain, seperti UKM, organisasi daerah, dan lain-lain. Untuk itulah perlu ada refleksi dan redesain gerakan, sehingga gerakan mahasiswa kembali menjadi bagian penting dalam perubahan sejarah bangsa ini.


(14/05/2015

Komentar

Postingan populer dari blog ini

DARI BABAT KE JOMBANG

Haruskah HMI MPO dan HMI Dipo Islah?

Masjid Jami’ Nurul Huda Cangaan; Masjid Tertua Di Bojonegoro